Halaman

Hang your dream through the sky

Hang your dream through the sky

Make Dreams Come True

Dreaming--Believe--Work Harder--Rely on God

Minggu, 25 November 2012

Ini Bukan FTV. Tapi Tukang Odong- Odong Itu Rupawan!!

Pagi ini saya dan keluarga kecil saya segera pergi ke rumah saudara di bilangan Surabaya Timur. Hari ini peringatan 3 hari mendiang kakek saya.
Sebagai keluarga Jawa yang masih memegang tradisi, kami akan mengadakan Yasinan di hari ketiga kepergian mendiang.
Saya harus ikut rewang (baca: bantu repot) di rumah saudara saya itu. Jam 8 pagi saya sudah touchdown di sana. Ternyata di sana sudah ramai. 
Itu rumah budhe saya, beliau punya 7 anak, dan semuanya sudah berkeluarga bahkan sudah ada anaknya yang berusia kelas 6 SD. (padahal saya masih single dan belum nikah) -_- jauh sekali, kan jaraknya?
Baik, kembali ke topik.

Saya, sebagai tante muda tidak tinggal diam melihat ponakan kecil yang banyak dan unyu- unyu. Saya mencoba mengemong mereka, dan ketika saya sedang menemani mereka di teras, lewatlah tukang odong- odong. 

Lantunan lagu "Balonku Ada 5" yang membuatku tahu itu tukang odong- odong. Lalu segera kupanggil dia agar menepi ke rumah budheku. Setelah itu kubimbing tiga ponakanku yang ingin naik odong- odong.

Saya cuma bisa terdiam ketika melihat si pengayuh odong- odong itu. Seorang pemuda, mungkin umurnya tidak terpaut jauh dengan saya. Begitu melihat ketiga ponakan saya, dia langsung menyapa dengan semangat. Seperti guru TK kepada muridnya. Dia membantu saya untuk menaikkan keponakan saya ke atas odong- odong.

Dia mulai mengayuh, dan di sela- sela lagu yang diputar, dia melontarkan beberapa pertanyaan padaku:

D: Ini adek mbak atau anak mbak?

A: Hah? anak? gila aja, mas. aku masih segini masak punya anak? tiga lagi! 

D: hahaha kali aja, mbak. jaman sekarang nikah muda udah ngetren lagi kayak dulu.

A: ya tapi apa aku keliatan udah setua itu, ya?

D: Oh ya berarti ini adek mbak, ya?

A: ponakan, mas

D: nah, udah tua juga kan! berarti mbak tantenya, kan?

A: *senyum kecut*

D: mbak masih sekolah?

A: aku udah kuliah, mas *agak sebel*

D: oya? semester berapa, mbak?

A: 5, mas. *mau nanya dia gimana, tapi nggak berani*

D: Oh, tahun depan skripsi ya, mbak?

A: iya, mas. tau banget nih..

D: Iya mbak, saya juga masih kuliah kok sebenernya.

A: Lah? kuliah di mana, mas? semester berapa? *nada Kepo*

D: rahasia, mbak. pokoknya di universitas di surabaya *nyengir*

A: ah, kenapa pake rahasia segala

D: hayoo, mbaknya kepo ya?

A: *diem* *Ngempet mangkel* mas kerja ini nyambi?

D: iya lah mbak..

A: hmm kalo boleh tahu berapa mas sehari- harinya kalo narik odong- odong?

D: nggak seberapa besar, mbak. soalnya kan dibagi juga sama kontrak odong- odong. lagian aku nggak nyari duit kok narik odong- odong ini.

A: lho, terus?

D: aku seneng sama anak kecil. sekalian buat mempelajari kehidupan mereka gitu. semacam studi lah..

A: buat skripsi?

D: semacam gitu

A: berarti jurusan mas pendidikan paud ya? apa psikologi?

D: ra-ha-si-a mbak 

A: tapi kalo mau ngumpulin data tentang anak2 kecil bukannya lebih enak kalo ke sekolah aja, mas?

D: yaah, kalo ke sekolah dapet data, tapi uang kan enggak. 

A: oh bener juga, sih.

D: itu bedanya mahasiswa sama siswa, mbak. kalo mahasiswa itu bisa nyari duit sesuka hatinya, beda sama siswa. hehe

A: *menyimak* enak sih mas jadi cowok. jadi bebas keliaran kemana aja kalo mau cari duit.

D: lha emangnya mbak nggak bisa?

A: susah, mas. kalo cewek itu ribet. banyak tapinya! *curhat*

D: yaa, kalo itu sih emang bener, mbak. kodratnya itu cewek emang bukan kerja cari uang. tapi jadi induk yang jaga sarang. sementara cowok itu jadi pejantan yang berburu daging. hehe

A: waduh, mas ini jurusan kedokteran hewan ya?

D: pengetahuan umum itu, mbak. kebanyakan nonton discovery channel lo mbak

A: *mikir* (discovery channel? berarti dia orang mampu yah kalo bisa ngomong gitu). oya, ngomong2 keluarga mas tahu kalo mas kerja jadi tukang odong- odong?

D: yaah, nggak tahu kayaknya. kenapa, mbak?

A: ya nggak apa. kalo aku ngeliat sekilas, mas itu kayaknya lebih dari cukup untuk kerja begini

D: ya mbak ini. kan tujuan saya emang bukan uang, mbak. tujuannya buat main sama anak kecil  *senyum*

(halah, manis banget)


setelah itu percakapan ini tidak berlanjut, karena beberapa sepupu tua saya mulai keluar rumah dan turut meramaikan odong- odong. Mereka betah sekali merumpi dengan tukang odong- odong itu.
Karena hilang selera dengan suasana yang riuh, saya memilih masuk ke dalam rumah.

one word for that man: Misterius!
:)

November and its lessons

I FAIL IN LOVE SO MUCH... 

Begitu banyaknya orang yang datang dan pergi dalam hidup kita. Mencari pasangan hidup memang tidak mudah, ada kalanya kita berusaha begitu keras untuk mendapatkan satu saja yang cocok... Tapi, tidak semudah yang dibayangkan.
Seringkali gagal...
Lalu membandingkan diri dengan orang lain agar mendapat ketenangan. Takut untuk dicela tidak laku...
Apalah itu, sebaiknya anda perlu berkaca pada keadaan yang lain. 

Beberapa hari lalu, di rumah saya yang sederhana, datang seorang PRT baru. Usianya baru 18 tahun, 2 tahun lebih muda daripada saya. Tapi dia sudah menikah. (wow!)
Dia asli domisili Bangkalan, Madura. Dia tidak bisa berbahasa jawa, dan agak fasih berbahasa Indonesia. Orangnya masih kekanak- kanakan, tetapi ceria dan selalu bersemangat.

Suatu malam saya berbincang- bincang dengannya, hanya pertanyaan sederhana awalnya. Sekedar intermeso untuk mengakrabkan diri dengannya...
Tapi, yang namanya saja wanita, setiap obrolan ringan pasti pelan- pelan ditarik ke arah obrolan serius yang KEPO sekali.

Aku: Enak ya mbak udah nikah? punya temen berbagi susah-seneng selamanya..

Dia: Enggak dek.

A: kenapa? bukannya kalo nikah itu udah bukan ngomong 'aku' lagi ya? tapi ngomongnya udah 'kita'

D: hehe, tapi aku ndak cinta sama suami aku

A: lo, kenapa nikah? *polos*

D: Ya sejak kecil kan aku sudah nggak punya mak sama pak, cuma tinggal di rumah, nunggu uang dari kakak aku. Paling juga aku di sana kerja apa gitu, dek. Begitu ada suami aku ngelamar, ya aku terima. daripada lama- lama aku jadi beban buat kakak aku.

A: *diem* *speechless*

D: Adek gimana, udah punya pacar?

A: Emh, ehehe.. tapi beda agama

D: Astigfirulloh, kok gitu, dek??

A: ya nggak tau, mbak. kalo cinta itu bisa milih ya?

D: orangnya ganteng, ya dek?

A: agak, sih. tapi yang bikin aku suka bukan gantengnya. tapi pesonanya itu lho. dia itu keliatan cerdas, mbak. agak sombong gitu mukanya.

D: ha?? kok aneh dek?

A: ya gitu deh.. seleraku emang aneh, mbak. hehehe. aku tunjukin fotonya ya? *nunjukin foto di hape*

D: deek! itu ganteng! suami aku nggak ada apa- apanya, dek..

A: amasak? gini sih kalo kataku nggak seberapa ganteng, cuman mempesona aja. manis hehe

D: tapi dek, kenapa kok milih yg beda agama sih? mama papa adek kan sholatnya bagus. jangan dilanjutin lah, dek.

A: Yah, maunya sih gitu.. Tapi hati kok nggak bisa ya, mbak? apa masih belum bisa aja kali, ya?

D: hati apaan, dek? kalo kata mbak sih itu nafsu, bukan hati atau cinta..

A: *diam* *mikir*

D: kalo cinta itu... Eh, mbak ya nggak tau sih kalo cinta itu gimana. mbak aja nggak cinta kok sama suami mbak hehe

A: Ya kenapa dulu mbak nggak deketin cowok lain?

D: emangnya ada pilihan lain buat mbak? mbak ini nggak punya apa- apa. beda sama adek. adek punya mama-papa, uang mereka juga banyak, baju adek banyak, bagus- bagus lagi. adek juga cantik, kerawat. banyak laki yang mau sama adek. kalo mbak? mbak ini nggak punya sapa- sapa, dek. nggak punya duit juga. mau beli ini itu nggak bisa. mau keliatan cantik bisanya pake viva itu aja.. *ketawa*

A: emh ya, tapi kesempatan itu ada kalo mbak nyoba, sih.

D: nyoba apa dek? mbak kan mikir buat makan besok aja kadang sampai nggak bisa tidur. pokoknya hari ini harus kerja harus ada uang, baru bisa tidur malamnya. hehehe... 
Yaudahlah, kalo mbak nih udah nggak bisa diapa- apain. adek aja yang sekarang belajar buat milih laki, ya. jangan sampek adek nikah sama laki karena terpaksa kayak mbak. nggak enak juga, dek. kasihan laki mbak, udah berharap mbak cinta sama dia, tapi mbaknya masih belum bisa cinta. hehe

A: ya kalo gitu, mbak belajar mencintai laki mbak, deh. nggak ada kata terlambat mbak buat mencintai orang. sekarang belum bisa cinta, tapi besok siapa tahu bisa cinta, mbak. 

D: iya ya, dek. Adek ini kayaknya udah bolak- balik pacaran ya? kok kayaknya paham gitu. kalo mbak sih nggak pernah pacaran dek. sekalinya jadi ya sama laki mbak ini... mbak kan nggak punya apa- apa, jadi nggak mungkin pacaran. 

A: masak, mbak? mbak lho manis.

D: adek bisa aja, kan! tapi mbak ini nggak keren dek, nggak ada yang mau.

A: *mbatin* padahal dia manis kok, masak nggak pernah pacaran?


Oke, itu sedikit kutipan dari obrolan kami beberapa hari lalu. Setidaknya aku mulai paham, berapa kalipun gagal dalam mencintai, setidaknya itu terjadi hari ini. Tidak dalam pernikahan nanti.
Tuhan sudah memberikan sebuah porsi cobaan untuk kita lalui sebelum mencapai garis finish. Tuhan ingin agar aku berusaha lebih baik dan selektif lagi dalam menentukan pendamping hidup.

Mungkin Ia sedang memperlihatkan padaku, bahwa pria yang kuinginkan jadi pendamping hidup belum tentu yang terbaik untukku kelak. 

Mungkin Ia membiarkanku berkeliaran sesuai dengan keinginanku, begitu aku sudah jatuh, dan menyadari betapa salahnya langkahku, maka Ia akan siap dengan rencana baik untuk membangkitkanku dan saat itulah Ia akan menggelarkan karpet menuju gerbang kebenaranNya.

Saya sih percaya itu :) 

Betapapun berat dan sakitnya berkali- kali gagal, setidaknya itu bukan dalam pernikahan. Tuhan sedang menunjukkan pada saya tentang jalan hidup yang sebenarnya. 


I'm on it, God :)